3 Gas buang dari industri. Gas buang dari industri adalah penyebab efek rumah kaca yang berpengaruh juga dengan kehidupan makhluk hidup karena dapat menyebabkan pencemaran udara yang disebabkan oleh asap pabrik yang berlebihan, karena asap pabrik mengeluarkan gas berupa karbondioksida, karbon monoksida, gas metana dan yang lainnya. 4. DampakCovid-19, Pengamat Telekomunikasi Kamilov Sagala mencatat setidaknya ada dua dampak langsung Covid-19 bagi pelaku TIK.Pertama adalah keterlambatan pasokan perangkat jaringan, dan juga dukungan teknis bagi solusi atau use case layanan baru terhambat akibat terbatasnya tenaga ahli dari vendor yang berasal dari negara terdampak Covid-19."Kemudian dampak terbesar bagi operator adalah DampakMobil Listrik bagi Kehidupan di Era Revolusi Industri 4.0. Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK. Saat ini, kita sedang memasuki masa revolusi industri 4.0, dimana pengembangan kendaraan listrik merupakan bagian dari revolusi industri 4.0. Industri otomotif nasional tengah bersiap menyambut era kendaraan listrik, salah satunya dengan RevolusiIndustri 2.0. Kemudian pada tahun 1870 adalah revolusi industri 2.0. Ini terjadi karena ada penemuan baru, yaitu cahaya listrik. Dari listrik dan cahaya ini pada akhirnya membuatnya berbeda dengan apa yang terjadi pada periode-periode sebelumnya, terutama periode setelah 1764, yaitu setelah ditemukannya mesin uap. Bisniscom, JAKARTA - Peran digitalisasi industri dan pemanfaatan energi listrik ramah lingkungan akan membangun industri masa depan yang lebih berkelanjutan dan berkontribusi dalam mengurangi dampak terhadap perubahan iklim. Dibutuhkan komitmen dan kolaborasi antara pemangku kebijakan, pelaku industri, peneliti dan akademisi untuk mengembangkan energi rendah karbon dari sumber energi terbarukan. Kehadiranproduk impor juga memiliki dampak positif bagi perkembangan industri tekstil dalam negeri. "Dengan adanya produk luar, standarnya sudah ketahuan. Kita ini cari yang paling terkini, yang produk lokal harus lebih baik dari itu secara kualitas maupun harganya," kata dia, saat ditemui, di JCC, Jakarta , Rabu (1/5). DampakACFTA. Masalah perekonomian merupakan masalah yang tiada batasnya. Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara Asia, disamping China dan India yang tetap tumbuh positif saat Negara lain terpuruk akibat krisis finansial global. Ini merupakan suatu prestasi dan optimisme bagi masa depan perekonomian Indonesia. xATISZr. › Ekonomi›Pelaku Industri Antisipasi... Ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku dari China terhitung tinggi. Krisis energi di China berpotensi mengganggu pasokan bahan baku bagi industri hilir, tetapi memberi peluang bagi industri hulu dan antara. KOMPAS/AHMAD ARIF Asap industri dan PLTU batubara terlihat mengepul dari pinggiran kota Sanming, Provinsi Fujian, China, Rabu 18/4/2018. Kemajuan industri dan ekonomi China banyak ditopang oleh penggunaan energi batubara. Namun, seiring dengan dampak buruk pencemaran, mereka mulai menggantinya dengan energi bersih, seperti solar KOMPAS — Krisis energi di China, India, dan Eropa diperkirakan berdampak terhadap industri dalam negeri. Krisis ini dikhawatirkan menghambat produksi akibat kelangkaan bahan baku impor, tetapi sekaligus membawa peluang untuk mengembangkan industri hulu dan antara lokal. Pelaku industri dari hulu ke hilir pun bersiap mengantisipasi dampak krisis ini, China, India, dan Eropa tengah mengalami krisis energi akibat imbas kebijakan pengurangan penggunaan energi fosil. Di China, kondisi itu diperparah dengan embargo suplai impor batubara dari Australia. Pabrik-pabrik terpaksa mengurangi produksi, bahkan menutup operasionalnya lantaran terjadi pemadaman listrik bergilir. Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia Aprisindo Firman Bakrie, Minggu 10/10/2021, menilai, kondisi itu akan memengaruhi industri manufaktur dalam negeri, khususnya yang selama ini masih bergantung pada pasokan bahan baku impor dari China dan India. Baca juga Pemadaman Listrik di China, Pasokan Barang Global Bisa TergangguDi sektor alas kaki, untuk saat ini, industri masih bisa mengandalkan stok bahan baku dari awal tahun. Namun, pasokan itu diprediksi hanya bertahan sekitar tiga bulan. Terlebih di tengah permintaan sepatu yang sedang meningkat, khususnya dari pasar ekspor. ”Untuk order bahan baku berikutnya ini, kami belum mendapat kepastian apakah mereka China bisa delivery atau tidak? Kalaupun bisa delivery, kira-kira butuh berapa lama?” ujar Firman saat dihubungi. Pasalnya, selain krisis energi yang menghambat operasional pabrik di China, ada pula krisis lain, yaitu kelangkaan kontainer dan kendala pengiriman barang yang juga meningkatkan biaya ongkos angkut freight cost. Krisis itu telah mendisrupsi rantai pasok dunia sejak awal tahun. KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Para pekerja menyelesaikan pembuatan alas kaki wanita di sebuah industri pembuatan alas kaki di Pondok Benda, Tangerang Selatan, Banten, Rabu 20/10/2020. Dalam sehari UKM ini mampu memproduksi 50 pasang alas kaki wanita yang dijual secara grosir mulai Rp hingga Rp per pasang. Industri kecil ini menyuplai para pedagang alas kaki daring dengan merek sesuai bahan baku yang saat ini terhambat adalah eyelet atau mata ayam yang biasanya berfungsi untuk mengikat tali sepatu. ”Kalau kita tidak bisa mendapat satu bahan, sekecil apa pun, kita tidak bisa produksi. Pemasok terganggu, kita juga terganggu,” kata saat ini, pelaku industri sulit mencari pemasok bahan baku baru karena itu akan memengaruhi modal dan kualitas produk. Ia juga menilai, industri lokal belum bisa memenuhi beberapa bahan baku yang selama ini ditanya tentang rencana cadangan pelaku industri alas kaki, Firman mengatakan, pihaknya masih melihat perkembangan situasi. ”Kalau yang kami dengar, sekarang di sana mereka masih bisa beroperasi 50-50 akibat pemadaman listrik. Jadi, kami masih berharap order kami bisa dikejar,” katanya. Baca juga Kekurangan Listrik di China Iringi Sentimen Negatif EvergrandeKetergantungan Indonesia pada impor non-migas dari China sangat tinggi. Badan Pusat Statistik mencatat, negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama periode Januari-Agustus 2021 adalah China dengan nilai 34,67 miliar dollar AS atau 32,25 persen dari total impor nonmigas. Adapun 73,69 persen dari total impor nonmigas itu adalah impor bahan baku dan penolong. Peluang Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia APSyFI Redma Gita Wirawasta memilih melihat krisis energi di China dan banyak negara saat ini sebagai peluang yang akan menguntungkan industri lokal di tingkat hulu dan antara intermediate. ”Kita ini sebenarnya punya industri tekstil yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Namun, integrasi itu dari kemarin-kemarin banyak terpotong oleh impor bahan baku China yang memang murah banget. Itu yang membuat sektor hulu dan antara kita, seperti kain, sulit tumbuh,” kata Redma. Oleh karena itu, menurut dia, krisis energi di China saat ini bisa mendorong tumbuhnya industri hulu dan antara dalam negeri. Terbatasnya pasokan bahan baku dan bahan penolong dari China dan India akan mendorong industri tekstil hilir untuk memakai bahan baku dari industri lokal. Baca juga Ketergantungan Bahan Baku Impor Perlu Diantisipasi”Sebelum krisis energi sekarang pun, bahan baku impor memang sudah tersendat karena ada kelangkaan kontainer dan tingginya biaya angkut. Artinya, mau tidak mau, itu akan memaksa industri kita untuk inward looking melihat ke dalam,” kata Redma. Saat ini permintaan bahan baku oleh industri hilir mulai meningkat sekitar 5 persen. Dalam waktu dua pekan ke depan, jika rantai pasok global masih terdisrupsi akibat berbagai krisis, Redma memprediksi permintaan itu bisa naik lagi hingga 15-20 persen. ”Demand mulai bagus,” katanya. Ini juga menjadi kesempatan untuk memperkuat struktur industri dalam negeri dari hulu ke hilir. Ke depan, akan ada banyak perubahan dan disrupsi pada rantai pasok dunia yang dampaknya dapat diredam melalui kemandirian dan ketahanan industri dalam negeri. Kompas/Priyombodo Pedagang kain menunggu pembeli di kios kain di kawasan Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Selasa 17/9/2019. Industri tekstil dan produk tekstil TPT nasional menghadapi beragam tantangan, mulai dari aspek regulasi, pembiayaan, biaya energi, logistik, produktivitas hingga serbuan tekstil impor Redma, akibat pandemi, industri hulu dan antara lokal saat ini mulai diperkuat. Di awal 2021, ketika impor bahan baku susah masuk karena kendala kontainer dan logistik, investasi di sektor antara bertambah, khususnya di industri pembuatan kain. ”Dalam kondisi krisis energi sekarang ini, pasti akan mendorong adanya investasi baru lagi di situ,” ujarnya. Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, di tengah ketidakpastian global itu, konsumsi domestik perlu dimaksimalkan. Upaya penanggulangan pandemi, peningkatan daya beli masyarakat, dan dukungan terhadap sektor usaha perlu diperkuat untuk menjaga ritme pemulihan. ”Jangan sampai kita mendapat tekanan dari dua sisi, baik global maupun domestik,” juga menjadi momentum penting untuk memperluas basis ekspor ke negara-negara nontradisional lainnya. Dengan demikian, ketergantungan ekonomi Indonesia dapat dibagi lebih merata dan tidak bergantung pada satu atau dua negara tertentu. ”Itu juga akan membuat kita lebih resiliens ketika krisis terjadi di negara-negara tradisional,” juga Waspadai Dampak Krisis Global, Perkuat Konsumsi Domestik EditorMukhamad Kurniawan Foto PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan UP Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. CNBC Indonesia/Nia Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara BUMN Erick Thohir mengirimkan surat kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM Arifin Tasrif dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM Bahlil Lahadalia untuk membantu kinerja operasional dan keuangan PT PLN Persero.Erick meminta Menteri ESDM dan Kepala BKPM untuk membantu kinerja PLN dengan membatasi pemberian izin usaha penyediaan listrik dan captive power. Hal ini ditujukan sebagai upaya peningkatan permintaan listrik untuk mengatasi kondisi kelebihan pasokan dari pembangkit listrik yang telah power merupakan kondisi di mana sebuah perusahaan mengelola dan menyediakan sumber pasokan listrik sendiri, di luar pasokan dari PLN. Menanggapi rencana pemerintah tersebut, Wakil Komite Tetap Industri Hulu & Petrokimia Kamar Dagang dan Industri Kadin Indonesia Achmad Widjaja menyebut bahwa langkah yang diambil pemerintah ini kurang tepat, karena sudah semestinya PLN lah yang melakukan langkah-langkah extraordinary untuk membenahi kinerja internal menyayangkan PLN yang masih menggunakan solar untuk pembangkit, karena menurutnya seharusnya PLN sudah beralih ke gas."Industriawan mengharapkan bahwa itu justru ada perubahan signifikan pada tubuh PLN. Satu, mereka harus mencari sumber energi yang murah, kan cuma dua batu bara atau gas, kenapa kita mesti pakai solar," menyebut tidak ada signifikansi besar yang harus memaksa industri beralih ke listrik PLN. Apalagi sebelumnya, imbuh Achmad, semua izin swastanisasi atas persetujuan PLN."Kenapa kita dibalikin lagi, sekarang kok balik ke nol, kilometer nol. Kita sudah sekian kilometer kemana-mana. Mesti ada dari tubuh PLN sendiri, alokasi sumber energi dia yang lebih murah," mengatakan, saat ini tidak mungkin bagi kawasan industri yang punya gardu listrik sendiri malah justru beralih ke listrik PLN. Menurutnya, yang paling penting itu adalah perubahan signifikan pada tubuh PLN."Nggak mungkin dong kalau semua kawasan industri yang punya gardu listrik sendiri terus harus beralih ke PLN," rencana kebijakan ini tidak akan berdampak pada perbaikan kinerja perseroan selama internal perseroan tidak diperbaiki dan tidak menggunakan bahan bakar yang lebih murah."PLN secara internal dulu yang harus diberesin, lalu mencari energi yang dipakai sebagai utilitas yang murah, bukan semua disuruh pindah ke sana, kan itu tidak akan membawa dampak signifikan kok," pemilik smelter juga menanggapi rencana pemerintah untuk membatasi captive power ini. Salah satu komentar datang dari PT Vale Indonesia Tbk INCO.Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk INCO Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan tentu saja pelaku usaha harus mengkaji baik-baik hal ini karena ini terkait dengan ketersediaan infrastruktur dan juga pasokan listrik yang dapat diandalkan dalam jangka ini bakal menjadi sebuah tantangan bagi perusahaan yang sudah berinvestasi membangun pembangkit listrik sendiri serta sudah masuk ke tahap itu, bagi perusahaan yang sedang membangun smelter, menurutnya kemungkinan kebijakan ini akan memberikan opsi energi yang baik. Hal ini dikarenakan ongkos dalam membangun tidak itu, PT Indonesia Morowali Industrial Park, selaku perusahaan pengelola kawasan industri smelter nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah menuturkan awal mula perusahaan memiliki captive power atau membangun pembangkit listrik sendiri karena saat awal perusahaan ingin mendirikan kawasan industri ini pihak PLN menyatakan tidak mampu memenuhi pasokan listrik kawasan industri PT IMIP Alexander Barus mengatakan pada 2013 perusahaan telah meminta PLN untuk memasok listrik ke kawasan IMIP tapi PLN pada waktu itu tidak dapat penuhi karena ketersediaan sumber belum cukup dan tidak ada transmisi tegangan tinggi ke Morowali."Akhirnya IMIP membangun PLTU sendiri untuk kebutuhan listriknya captive power," mengirimkan surat kepada Menteri ESDM, Menteri BUMN juga mengirimkan surat kepada Kepala BKPM. Dalam surat ini, Erick pun meminta agar Kepala BKPM mendorong pelaku usaha menggunakan listrik yang disediakan PLN, seperti membatasi pemberian izin usaha penyediaan listrik dan captive power. Hal ini menurutnya dikarenakan saat ini terdapat kelebihan pasokan listrik, terutama di sistem pun mengatakan bahwa PLN berkomitmen untuk menyediakan kebutuhan tenaga listrik yang andal dengan tarif kompetitif bagi pelaku usaha. [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Beredar Surat Erick Thohir ke Menteri ESDM Soal Kondisi PLN! wia Ilustrasi mobil listrik Credit PixabayIndonesia kini berada di titik balik dalam menghadapi masa depan industri otomotif yang semakin hijau. Pemerintah Indonesia berencana membangun industri kendaraan listrik dan memanfaatkan sumber dayanya. Dalam konteks ini, perlu dipahami peluang, tantangan dan masa depan industri mobil listrik di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kendaraan konvensional, Pemerintah mulai mendorong penggunaan kendaraan listrik sebagai solusi ramah lingkungan 2022. Peluang industri mobil listrik di Indonesia adalah sumber daya alam yang melimpah, seperti nikel yang digunakan dalam pembuatan baterai listrik. Selain itu, dukungan Pemerintah dalam membangun infrastruktur seperti stasiun pengisian baterai juga menjadi peluang besar dalam mengembangkan industri ini. Ke depan, pasar otomotif di Indonesia diharapkan menjadi pasar yang besar bagi industri mobil listrik, mengingat jumlah penduduk yang besar dan kebutuhan transportasi yang terus tantangan yang dihadapi industri mobil listrik di Indonesia juga tidak sedikit. Salah satunya adalah ketergantungan impor kendaraan listrik yang lengkap dan belum adanya industri komponen yang signifikan yang dirakit atau dibuat di Indonesia 2021. Selain itu, infrastruktur yang kurang memadai seperti jumlah stasiun pengisian yang terbatas menjadi kendala bagi perkembangan industri mobil listrik 2021.Masa depan industri mobil listrik di Indonesia akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintah dan pelaku industri dapat mengatasi tantangan yang ada. Pemerintah harus terus mendorong pembangunan infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian baterai, serta memberikan insentif dan kemudahan bagi pelaku industri dalam mengembangkan teknologi dan komponen lokal 2021. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan menjadi kunci untuk menghasilkan inovasi dan riset yang dapat memajukan industri mobil listrik di pengembangan industri mobil listrik di Indonesia tidak hanya terbatas pada pengurangan emisi, dampak lingkungan, dan potensi ekonomi yang sangat besar. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah dan dukungan pemerintah, Indonesia dapat menjadi pemain penting dalam industri otomotif global, khususnya industri mobil listrik. Selain itu, sektor ini juga berpeluang menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kualitas hidup menghadapi tantangan yang ada, pemerintah dan pelaku industri harus bersinergi dan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan industri mobil listrik. Presiden Jokowi menegaskan komitmennya untuk membangun industri hilirisasi dan energi terbarukan EBT dan meminta investor untuk tidak ragu berinvestasi di sektor ini 2023. Selain itu, Pemerintah telah menetapkan roadmap pengembangan industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai 2021.Untuk mensukseskan tantangan ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah, industri, dan masyarakat. Pemerintah harus membuat kebijakan yang mendukung pengembangan industri mobil listrik, seperti insentif bagi produsen dan konsumen, serta infrastruktur yang memadai, seperti stasiun pengisian listrik 2021.Ilustrasi stasiun pengisian mobil listrik Credit PixabayIndustri otomotif harus berani berinvestasi pada teknologi mobil listrik, termasuk mengembangkan komponen lokal untuk mengurangi ketergantungan impor. Selain itu, industri harus bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan penelitian untuk menghasilkan inovasi dan meningkatkan kualitas juga perlu diedukasi tentang manfaat dan cara penggunaan kendaraan listrik, sehingga mau beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil. Program dan kampanye penjangkauan yang efektif dapat membantu orang memahami pentingnya kendaraan listrik dan mendorong mereka untuk melakukan harus mempersiapkan diri secara matang untuk menghadapi masa depan industri otomotif yang lebih ramah lingkungan. Pemerintah, pelaku industri dan masyarakat harus bersatu dan berkomitmen untuk menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Dengan demikian, Indonesia akan mampu menjadi pemain penting dalam industri mobil listrik global dan menciptakan perekonomian yang lebih hijau dan keseluruhan, membangun industri mobil listrik di Indonesia merupakan langkah penting yang akan berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Peluang dan tantangan harus dihadapi dengan tekad yang kuat dan strategi yang matang. Semoga sebentar lagi kita akan menyaksikan pertumbuhan industri mobil listrik di Indonesia yang semakin pesat dan berdampak luas bagi kehidupan masyarakat dan masa depan bangsa. JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi SKK Migas menegaskan pentingnya kewaspadaan Indonesia dalam melaksanakan transisi energi khususnya di sektor Lubiantara, Deputi Perencanaan SKK Migas, mengungkapkan bahwa dalam transisi energi saat ini, pelaku industri migas perlu ekstra hati-hati dalam menyusun perencanaan bisnis. Pertama, dengan adanya pandemi, transisi energi akan berpengaruh terhadap investasi di hulu migas."Ada kecenderungan [produksi migas] menurun ketika nanti tiba-tiba ada asumsi harga, akan berdampak di mana tiba-tiba terjadi harga komoditas meningkat dan harga minyak meningkat, ini harus diantisipasi," terang Benny dalam Energy Outlook, yang disiarkan CNBC Indonesia, Kamis 24/02/2022.Benny mengkhawatirkan, transisi energi akan berdampak pada sektor hulu migas. Akibatnya investasi sektor migas menurun tetapi permintaan energi fosil masih ada dan tidak mengalami penurunan. "Karena implementasi transisi energi ini tidak semulus berjalan sesuai yang diprediksikan. Menurunnya investasi di hulu migas dan dikhawatirkan demand tidak turun, karena energi transisi tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan," ungkap menilai, transisi energi bisa berjalan mulus cenderung lebih menantang karena diperlukan adanya perbaikan-perbaikan di sektor migas yang radikal dari daya tarik hulu JugaPHE Targetkan Produksi Migas 1,047 Juta BOPD pada 2022 Perlu Konsistensi UU Migas untuk Perbaiki Iklim Investasi Hulu Migas "Investor punya pilihan lain selain Indonesia, negara lain memperbaiki fiscal terms untuk hulu migas. Posisi kita tidak terlalu bagus daya saingnya. Kalau kita memperbaiki tapi tidak signifikan, tidak bergeser daya tariknya. Perlu radikal untuk fiscal term untuk menarik investor ke tanah air," itu, Dadan Kusdiana, Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi EBTKE Kementerian ESDM mengatakan bahwa pemerintah akan menyelesaikan persoalan kebijakan tariff dan hal-hal lain guna mempermudah investasi di bidang EBT."Kita sedang menyelesaikan kebijakan tarif, atau perpres untuk menciptakan iklim investasi dan masuknya inovasi," kata Dadan. Lebih lanjut, kata Dadan, kebijakan tersebut tidak mematok harga mutlak. "Sebagian besar dari kebijakan harga adalah nanti menerapkan kebijakan harga patokan tertinggi, tidak mematok harga sekian," yang kompetitif diyakini dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya dalam proyek-proyek EBT."Buat investor ini semakin menarik dan untuk menarik modalnya, kita overall akan memberikan manfaat, harga tinggi di awal kemudian turun, setelah dipastikan balik modal. Selebihnya untuk pemeliharaan. Ini salah satunya yang sedang kita selesaikan," jelas lain juga tersedia dan bahkan sudah berjalan baik fiskal maupun non fiskal."Insentif fiskal dan non fiskal sekarang sudah berjalan. Di panas bumi ada dari hulu sampai hilir, kebijakan dari luar, ada pembebasan bea masuk. Kami akan tambah dari sisi kebijakan harganya," EBT diharapkan tidak membebani anggaran nasional dengan masuknya investor"Kita buat supaya menarik investor dan jangan sampai memberatkan APBN," tandas Dadan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam JAKARTA - Konsumsi listrik industri besar pada tegangan tinggi dengan daya kVA golongan I-4 di Indonesia mengalami penurunan sebesar 4,58 persen selama semester I/2019 dibanding periode yang sama tahun lalu lantaran diterapkannya sejumlah langkah efisiensi kerja. Penurunan konsumsi terjadi pada beberapa bulan, yakni Mei 2019 dibandingkan periode April 2019 yang turun 12 persen dan pada Juni 2019 dibandingkan Mei 2019 yang juga turun 4 persen. Meskipun mengalami penurunan dalam tiap bulannya, pertumbuhan konsumsi listrik pada Juni 2019 tetap menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Secara total, penjualan listrik ke industri besar I-4 selama semester I/2019 sebesar gigawatt hour GWh. Rata-rata konsumsi untuk Industri besar I-4 pada Juni 2019 adalah sebesar kWh/pelanggan/hari, lebih rendah dibandingkan Juni 2018 yang mencapai kWh/pelanggan/hari. PT PLN Persero menilai rendahnya konsumsi listrik tersebut selain karena cuti bersama lebaran, juga disebabkan oleh faktor lainnya. Beberapa Industri masih memanfaatkan stok yang ada untuk memenuhi permintaan. Selain itu, industri juga beralih hanya mengolah dari barang setengah jadi karena mengejar cost down reduksi biaya dan lebih memilih mengoptimalkan pembangkitnya sendiri karena dinilai lebih murah dibanding tarif PLN. Plt. Direktur Utama PLN Djoko Rahardjo Abumanan mengakui sejumlah gejolak bisnis yang terjadi pada sejumlah industri juga memengaruhi adanya penurunan konsumsi tersebut. Misalnya yang terjadi pada PT Krakatau Steel Tbk. yang tengah menghadapi ketatnya persaingan JugaTingkatkan Efisiensi, PLN Utamakan Pembangkit Listrik MurahTeknologi Ultra Supercritical pada PLTU Mampu Tekan Penggunaan BBM"Industri-industri besar tertekan sehingga melakukan efisiensi. Dengan pertumbuhan ini, PLN pun melakukan merit order," katanya kepada Bisnis, Selasa 16/7/2019. Meskipun pertumbuhannya minus, Djoko meyakini akan ada perbaikan. Contohnya, pada golongan tarif industri menengah dengan daya di atas 200 kVA I-3 yang mampu mencatat pertumbuhan sebesar 6,1 persen pada Juni 2019 dibanding bulan sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

dampak listrik bagi pelaku industri adalah